This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jumat, 31 Mei 2013

PENGERTIAN BETON
Beton terdiri atas agregat, semen dan air yang dicampur bersama-sama dalam keadaan plastis dan mudah untuk dikerjakan. Karena sifat ini menyebabkan beton mudah untuk dibentuk sesuai dengan keinginan pengguna. Sesaat setelah pencampuran, pada adukan terjadi reaksi kimia yang pada umumnya bersifat hidrasi dan menghasilkan suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan. Mulyono (2006) mengungkapkan bahwa beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik, agregat kasar, agregat halus, air, dan bahan tambah. Sedang Sagel dkk. (1994) menguraikan bahwa beton adalah suatu komposit dari bahan batuan yang direkatkan oleh bahan ikat. Sifat beton dipengaruhi oleh bahan pembentuknya serta cara pengerjaannya. Semen mempengaruhi kecepatan pengerasan beton. Selanjutnya kadar lumpur, kebersihan, dan gradasi agregat mempengaruhi kekuatan pengerjaan yang mencakup cara penuangan, pemadatan, dan perawatan, yang pada akhirnya mempengaruhi kekuatan beton. Sifat-sifat beton pada umumnya dipengaruhi oleh kualitas bahan, cara pengerjaan, dan cara perawatannya. Karakteristik semen mempengaruhi kualitas beton dan kecepatan pengerasannya. Gradasi agregat halus mempengaruhi pengerjaannya, sedang gradasi agregat kasar mempengaruhi kekuatan beton. Kualitas dan kuantitas air mempengaruhi pengerasan dan kekuatan (Murdock dan Brook, 2003). Pada saat keras, beton diharapkan mampu memikul beban sehingga sifat utama yang harus dimiliki oleh beton adalah kekuatannya. Kekuatan beton terutama dipengaruhi oleh banyaknya air dan semen yang digunakan atau tergantung pada faktor air semen dan derajat kekompakannya. Adapun faktor yang mempengaruhi kekuatan beton adalah perbandingan berat air dan semen, tipe dan gradasi agregat, kualitas semen, dan perawatan (curing).
SIFAT BETON PASCA BAKAR

Menurut Sumardi (2000) kebakaran pada hakekatnya merupakan reaksi kimia dari combustible materialdengan oksigen yang dikenal dengan reaksi pembakaran yang menghasilkan panas. Panas hasil pembakaran ini diteruskan ke massa beton/mortar dengan dua macam mekanisme yakni pertama secara radiasi yaitu pancaran panas diterima oleh permukaan beton sehingga permukaan beton menjadi panas. Pancaran panas akan sangat potensial, jika suhu sumber panas relatif tinggi. Kedua secara konveksi yaitu udara panas yang bertiup/bersinggungan dengan permukaan beton/mortar sehingga beton menjadi panas. Bila tiupan angin semakin kencang, maka panas yang dipindahkan dengan cara konveksi semakin banyak. Tjokrodimuljo (2000) mengatakan bahwa beton pada dasarnya tidak diharapkan mampu menahan panas sampai di atas 250oC. Akibat panas, beton akan mengalami retak, terkelupas (spalling), dan kehilangan kekuatan.         Kehilangan      kekuatan          terjadi  karena perubahan komposisi kimia secara bertahap pada pasta semennya.

                        Menurut Zacoeb dan Anggraini (2005), perubahan temperatur  yang  cukup  tinggi,  seperti  yang  terjadi pada  peristiwa  kebakaran,  akan  membawa  dampak pada struktur beton. Karena pada proses tersebut akan terjadi suatu siklus pemanasan dan pendinginan yang bergantian, yang        akan     menyebabkan  adanya perubahan fase fisis dan kimiawi secara kompleks. Hal ini   akan   mempengaruhi   kualitas/kekuatan   struktur beton tersebut. Pada beton normal mutu tinggi dengan suhu 1200oC terjadi penurunan kekuatan tekan sampai tinggal  40%  dari  kekuatan  awal.  Sedangkan  pada beton        mutu tinggi dengan Silikafume dan Superplasticizer   akan   mengalami   perubahan   yang cukup berarti pada suhu tinggi dimana kekuatannya tinggal 35%.

Kuat tekan beton



            Dalam SK SNI M - 14 -1989 - E dijelaskan pengertian kuat tekan beton yakni besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan. Selanjutnya Mulyono (2006) mengemukakan bahwa kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu sebuah struktur di mana semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, maka semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan. Kekuatan  tekan  karakteristik  σ'bk  dihitung  Ïƒ'bk  = σ'bm - 1,64 dengan taraf signifikan 5%. Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi mutu kekuatan beton seperti yang dikemukakan oleh Mulyono (2006) yaitu: (1) proporsi bahan penyusun, (2) metode pencampuran,  (3)  perawatan,  dan  (4)  keadaan  pada saat pengecoran. Dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I. - 2 (1971) dijelaskan kelas dan mutu beton.

            Beton Kelas I adalah beton untuk pekerjaan- non- strukturil. Untuk pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian  khusus.  Pengawasan  mutu  hanya  dibatasi pada pengawasan ringan terhadap mutu bahan-bahan, sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Mutu beton Kelas I dinyatakan dengan Bo.
           
            Beton Kelas II adalah beton untuk pekerjaan strukturil secara umum. Pelaksanaanya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan di bawah pimpinan tenaga ahli. Beton Kelas II di bagi dalam mutu standar: Bl,   K125,   K175,   da K225 Pada   mutu   B1, pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan sedang terhadap mutu bahan, sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Pada mutu K125, K175, dan K225, pengawasan mutu terdiri dari pengawasan yang ketat terhadap mutu bahan dengan mengharuskan pemeriksaan kuat tekan beton secara kontinyu.

Beton Kelas III  adalah beton untuk pekerjaan- strukturil dimana dipakai   mutu   beto dengan kekuatan tekan karakteristik yang lebih tinggi dari 225 kg/cm2. Pelaksanaanya memerlukan keahlian khusus dan harus dilakukan di bawah pimpinan tenaga ahli. Disyaratkan adanya laboratorium beton           dengan peralatan yang lengkap yang dilayani oleh tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton secara kontinyu. Mutu beton kelas III dinyatakan  dengan huruf (K) dengan angka dibelakangnya yang menyatakan kekuatan karakteristik beton yang bersangkutan.

      METODELOGI


                  Benda uji yang digunakan adalah kubus beton dengan ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm. Jumlah total kubus adalah 100 buah, masing-masing 10 buah untuk kubus normal (tidak dibakar) dan untuk yang dibakar dalam oven pada temperatur 200o   C - 600oC dengan inteval kenaikan 50oC. Campuran adukan beton yang digunakan adalah campuran dengan perbandingan 1 semen portland : 2 pasir : 3 batu pecah dengan nilai slump 8 cm - 10 cm. Pasir dan kerikil dicuci terlebih dahulu. Seluru bend uji   diuj tekan   sehingga diperoleh  pasangan  data  yaitu  temperatur  dan  kuat tekan beton. dengan cara memasukkan beton segar dari molen ke dalam cetakan ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm yang telah diolesi minyak pelumas. Pengisian ini dilakukan secara bertahap, yaitu tiap sepertiga bagian dilakukan penumbukan dengan tongkat baja sebanyak ± 25 kali. Setelah 24 jam, cetakan dibuka kemudian dilakukan perawatan dengan direndam di dalam bak air selama 28 hari. Selanjutnya benda uji disimpan pada suhu ruang selam ± 90 hari baru dimasukkan ke dalam oven.  Benda  uji  kemudian  dibakar  selama  tiga  jam pada   temperatur   200oC   -   600oC   dengan   inteval kenaikan 50oC, masing-masing sebanyak 10 buah. Sisa benda uji sebanyak 10 buah tidak dibakar, tetapi digunakakan sebagai benda uji pengontrol.

Data diperoleh melalui pengujian tekan di laboratorium dengan menggunakan mesin uji tekan untuk semua benda uji. Hasilnya berupa gaya (P) yang terjadi pada saat benda uji hancur. Berdasarkan data gaya  tekan  dan  luas  penampang  kubus,  maka  kuat tekan  beton  dapat  dihitun dengan   menggunakan rumus :
dimana :
 =  Kuat tekan (kg/cm2)
 P  =  Gaya tekan (kg)
A =  Luas penampang kubus (cm)
Analisis data dilakukan adalah analisis statistik deskriptif, digunakan untuk mengetahui rata-rata kuat tekan beton sebelum dan setelah dioven. Selanjutnya dilakukan analisis regersi untuk mendapatkan model hubungan hubungan temperatur dan kuat tekan beton.

HASIL


Data hasil penelitian yakni nilai Pmax, dibagi dengan luas permukaan benda uji yang ditekan akan menghasilkan   kuat   tekan   beto (f   =   P/A)   yang disajikan pada tabel berikut :

No.

Normal
200 oC
250 oC
300 oC
350 oC
400 oC
450 oC
500 oC
550 oC
600 oC
1
239.63
221.34
134.80
151.99
142.54
134.23
130.45
100.47
93.67
99.54
2
265.43
220.75
209.96
151.99
143.78
146.44
133.41
105.61
102.73
61.81
3
229.58
183.22
165.13
151.99
140.34
151.81
130.36
76.96
78.89
100.88
4
235.14
211.22
131.15
151.99
147.90
144.73
120.40
114.79
99.67
62.11
5
250.85
233.71
155.56
151.99
160.61
141.29
137.78
108.45
107.82
105.82
6
237.65
198.90
133.34
151.99
143.01
136.88
126.60
108.45
92.42
92.59
7
244.01
198.68
206.40
151.99
147.90
149.12
131.31
79.47
99.67
68.77
8
266.19
189.85
135.45
151.99
154.53
140.35
122.56
103.75
97.45
102.04
9
247.73
200.42
133.41
151.99
139.42
144.25
138.24
110.01
87.43
99.34
10
239.63
242.53
189.15
151.99
153.50
145.05
132.45
104.84
98.03
68.57

 
 
 Barry nufa 3112030082